Apakah sungguh kita telah menutup raga kita dengan pakaian yang sopan layaknya seorang mempelai yang menanti-nantikan Kekasihnya ?
KERUDUNG
Oleh: Jackie Freppon(derived from a book in progress called: "The Unveiled Woman")
Selama Konsili Vatikan II, serombongan wartawan menunggu berita setelah pertemuan dewan tersebut. Salah seorang dari mereka bertanya kepada Msgr. Annibale Bugnini, yang pada waktu itu adalah sekretaris Kongregasi Vatikan untuk Divine Worship, apakah para wanita masih harus memakai kerudung di dalam gereja. Jawaban beliau adalah bahwa para uskup sedang mempertimbangkan masalah-masalah yang lain, dan karenanya perihal kerudung wanita tidak berada di dalam agenda.
Hari berikutnya, pers internasional mengumumkan ke seluruh dunia bahwa para wanita tidak harus memakai kerudung lagi. Beberapa hari kemudian, Msgr. Bugnini mengatakan kepada pers bahwa ia telah salah dikutip dan para wanita masih harus memakai kerudung. Namun pers tidak mengkoreksi kesalahan ini, dan banyak wanita berhenti memakai kerudung sebagai hasil dari kebingungan dan karena tekanan dari para kelompok kaum feminis.
Sebelum revisi di tahun 1983, Hukum Kanon menyatakan bahwa para wanita harus menutupi kepala mereka “... khususnya saat mereka mendekati meja altar yang kudus” (can.1262.2). Agar mengurangi bertambahnya koleksi buku-buku, versi baru Hukum Kanon mengalami perubahan. Di dalam prosesnya, perihal tentang kerudung tidak lagi disebutkan.
Pada tahun 1970, Paus Paulus VI menyebarluaskan tentang Roman Missal, tidak menyebutkan tentang kerudung. Namun saat “the missal” diterbitkan, tidak juga tampaknya diharuskan praktek nyata dan universal, dan bahkan sudah bukan merupakan suatu nilai normatif lagi (Inter Insigniores, #4)
Dan disebutkan di dalam Hukum Kanon atau “the Roman Missal” bahwa tidaklah perlu kesinambungan tradisi, karena hal itu berakar dari Kitab Suci dan telah dipraktekkan dari sejak Gereja awal. Sungguh, Paus Yohanes Paulus II menegaskan bahwa sumber Hukum Kanon yang nyata ada Tradisi yang Sakral, khususnya direfleksikan di dalam dewan-dewan ekumenis, dan pada Kitab Suci (O.S.V Cathoilc Encyclopedia, p.169)
KITAB SUCI
Kitab Suci memberikan beberapa alasan untuk memakai kerudung. Santo Paulus mengatakan pada kita di dalam surat pertamanya kepada umat di Korintus (11:1-16) bahwa kita harus menutupi kepala kita sebagai Tradisi yang Sakral diperintahkan oleh Tuhan kita sendiri dan dipercayakan kepada Paulus: “..bahwa apa yang kukatakan kepadamu adalah perintah Tuhan.” (1 Korintus 14:37)TATANAN HIRARKHI ILAHI
Tuhan telah membuat suatu tatanan hirarkhi, baik untuk keadaan alami ataupun religius, dimana wanita harus tunduk kepada pria. Santo Paulus menulis pada 1 Korintus: “Tetapi aku mau, supaya kamu mengetahui hal ini, yaitu Kepala dari tiap-tiap laki-laki ialah Kristus, kepala dari perempuan ialah laki-laki dan Kepala dari Kristus ialah Allah. (1 Korintus 11:3)
Dan di dalam pernikahan, Tuhan memberikan suami kuasa atas istri, namun harus bertanggungjawab pula akan dia. Tidak hanya sebagai pengambil keputusan keluarga, namun ia bertanggung jawab bagi kesejahteraan material dan spritual akan istri dan anak-anaknya. Pria tidak di dalam posisi untuk memperbudak atau menginjak istri.
Sebagai sang Mempelai (Gereja) harus tunduk kepada Yesus, para wanita harus memakai kerudung sebagai tanda bahwa ia tunduk kepada pria: Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan, karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh. (Efesus 5: 22-23). Pria melambangkan Yesus, sehingga pria tidak harus menutupi kepalanya.
Namun, ketaatan ini tidak menghina perempuan, karena semua orang dalam kerajaan Allah dikenakan otoritas yang lebih tinggi:
“Sebab sama seperti perempuan berasal dari laki-laki, demikian pula laki-laki dilahirkan oleh perempuan; dan segala sesuatu berasal dari Allah.” (1 Korintus 11: 12).
Lebih jauh lagi, simbol dari kerudung menyatakan yang tak kelihatan, keteraturan yang dibuat oleh Tuhan, dan hal ini menjadi terlihat. Di dalam sejarah Gereja, pakaian-pakaian para imam telah memainkan peranan simbol yang sama.
KEHORMATAN WANITA
Adalah sebuah kehormatan untuk memakai kerudung. Namun dengan menolaknya secara publik, seorang wanita tidak menghormati martabat kewanitaannya, tanda wanita yang tunduk, sama seperti opsir militer tidak dihormati pada saat atribut dekor-nya dicabut.
Pontifikal Roma berisi mendorong seremonial konsekrasi akan kerudung-kerudung:
“Terimalah kerudung sakral, agar engkau diketahui telah membenci dunia, dan telah sungguh, dengan rendah hati, dan dengan segenap hati menjadi mempelai Kristus; dan kiranya IA membela engkau dari segala yang jahat, dan membawa engkau kepada kehidupan yang kekal” (Pontificale Romanum, de benedictione)
KARENA PARA MALAIKAT
“Sebab itu, perempuan harus memakai tanda wibawa di kepalanya oleh karena para malaikat.” (1 Korintus 11: 10). Tatanan hirarkhi yang tidak terlihat harus dihormati sebab para Malaikat hadir pada kumpulan liturgikal Kristen, mempersembahkan bersama kita Kurban Kudus dengan hormat bagi Tuhan. Santo Yohanes Rasul menulis:
“Maka datanglah seorang malaikat lain, dan ia pergi berdiri dekat mezbah dengan sebuah pendupaan emas. Dan kepadanya diberikan banyak kemenyan untuk dipersembahkannya bersama-sama dengan doa semua orang kudus di atas mezbah emas di hadapan takhta itu. (Wahyu 8: 3, lihat juga Matius 18: 10)
Mereka tersinggung karena kurang hormatnya orang-orang pada Misa, sama seperti mereka membenci Raja Herodes menerima penyembahan dari orang-orang Yerusalem:
“Dan seketika itu juga ia ditampar malaikat Tuhan karena ia tidak memberi hormat kepada Allah; ia mati dimakan cacing-cacing.” (Kis 12: 23)
TRADISI KUNO
Adat memakai kerudung dijaga di dalam Gereja primitif Tuhan (1 Kor.11: 16) Kita melihat ini dalam surat Paulus kepada umat di Korintus. Para wanita Korintus dilanda oleh kepekaan modern, mulai datang ke gereja tanpa kepala mereka ditutupi. Ketika St Paulus mendengar penolakan mereka, ia menulis dan mendesak mereka untuk menjaga kerudung. Menurut komentar akan Alkitab oleh Santo Jerome, ia akhirnya menetap masalah ini dengan mengatakan kerudung adalah kebiasaan masyarakat primitif Yudea, "Gereja-gereja Tuhan" (1 Tes 2-14, 2Thess.1-4), yang memiliki menerima Tradisi ini sudah sejak dari awal (2 Tes 2: 15. 3:6).
PERINTAH TUHAN
SantoPaulus mengingatkan mereka: "Karena aku bukan menerimanya dari manusia, dan bukan manusia yang mengajarkannya kepadaku, tetapi aku menerimanya oleh penyataan Yesus Kristus" (Gal.1: 12), mengacu pada otoritas pelayanannya, dan kebenaran kata-katanya. Paus Linus yang menggantikan santo Petrus juga memberlakukan tradisi yang sama wanita menutupi kepala mereka di gereja (Gereja primitif, TAN.) Tuhan kita memperingatkan kita untuk mematuhi perintah-perintah-Nya: "Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga."(Matt.5: 19).
RINGKASAN
Sebagai ringkasan, alasan-alasan Santo Paulus menasehatkan para perempuan untuk menutup kepala mereka di dalam gereja adalah:
1. Tuhan kita memerintahkannya;
2. Hal itu merupakan tanda yang terlihat dari keteraturan yang tidak terlihat yang didirikan oleh Tuhan;
3. Para malaikat di dalam Misa tersinggung jika para wanita tidak memakai kerudung;
4. Hal itu adalah jubah seremonial
5. Hal itu adalah warisan untuk kita
Wanita Kristen di seluruh dunia memiliki alasan lain untuk memakai topi, mantilla, Rebozo, gele, selendang, syal, atau kerudung. Beberapa memakainya sebagai hormat kepada Allah; lainnya, untuk mematuhi permintaan Paus, atau melanjutkan tradisi keluarga. Tapi alasan yang paling penting dari semua adalah karena Tuhan kita berkata: "Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku" (Yohanes 14:15).
Kita harus selalu siap dengan kerudung pengantin kita, menunggu DIA dan pernikahan yang dijanjikanNYA (Wahyu 22: 17), mengikuti contoh dari Bunda Maria, yang tidak pernah muncul di depan mata manusia tanpa berkerudung dengan benar.
Bagi mereka yang masih berpikir bahwa kerudung adalah kebiasaan usang, ingatlah bahwa: "Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya" (Ibrani 13: 8).
-- by Jackie Freppon
http://www.catholicplanet.com/articles/article51.htm
No comments:
Post a Comment